WAHANA KREASI PEMUDA HINDU SUMATERA SELATAN

Minggu, 28 September 2008

HAKIKAT (FILOSOFI) NGAYAH


Aktivitas ngayah yang masih melekat dalam sikap bathin dan budaya manusia Hindu pada hakekatnya berpegang pada suatu rumusan filosofis ¡§kerja sebagai ibadah¡¨ dan ¡§ibadah dalam kerja¡¨. Dalam disiplin kerja relegius manusia modern (barat) pemahaman demikian tertuang salam motto ¡§ora et labora¡¨ (bekerjalah dan berdoalah). Paham kerja dalam folosofis ini ialah representasi kerja dari sesosok ¡§para bhakta¡¨ sebagai ¡§Dasyam¡¨ kepada Ista Dewata.

Paham kerja ini dengan jelas dittahtakan dalam kitab Bhagawadgita ll.47, seperti yang dinyatakan dalam kutipan berikut:

¡§Karmany evadhikaras te ma phalesu kadacana ma karma phala hetur bhur ma te sanggostava akarmani¡¨ ¡§Hanya berbuat untuk kewajiban bukan hasil perbuatan itu (kau pikirkan), jangan sekali-kali pahala menjadi motifmu bekerja, jangan pula tidak bekerja (sebab tak berharap pahala)¡¨ Dalam paham kerja ini, hanya semata-mata untuk pahala material (pamrih), atau sama sekali tidak bekerja, (nirkarma) karena semata-mata sesempit ¡§angin di kurungan ruas bambu¡¨ sindiran Mpu Kanwa.

Pemaham atas hakekat kerja tersebut secara praktis juga perlu didukung oleh suatu sikap bathin yang terumus dalam kalimat ¡§rame ing gawe sepi ing pamrih¡¨. Ungkapan ini nampak sederhana tapi mengandung makna yang sangat dalam, terutama berkenaan dengan paham kerja di atas. Secara teoritis, paham kerja ngayah ini dilihat dari pemikir K. Bertnes (Etika,1997:211-212) akan mengandung dua konskuensi etik yaitu Etika keutamaan dan etika kewajiban.

Etika keutamaan yang berabad-abad telah dikemukan oleh Sokrates, Plato dan Aristoteles pada dasarnya berorientasi pada ¡§being manusia¡¨, dengan rumusan ¡§what kind of person should I be¡¨ (saya harus menjadi orang yang bagaimana). Sedang etika kewajiban yang dikembangkan oleh David Hume, dan Kant bagi kehidupan zaman modern, pada prinsipnya berorientasi pada ¡§doing manusia¡¨ dengan rumusan ¡§what should I do¡¨ (saya harus mengerjakan apa?)

Rumusan ini bagi sosok manusia Hindu lebih jauh diperdalam dalam pemahaman ¡§kharisma¡¨ yang di sebut ¡§Taksu¡¨. Konsep ini spiritual taksu menjadi dasar baik dalam representasi paham kerja yang mengacu pada being maupun doing manusia. konsep ini tidak semata-mata memberi pergulatan teknik, tapi juga religius yang pengayan dan pendalaman atas nuansa spiritual dan theologisnya tentu berbaris pada aktivitas NGAYAH.

Dalam tatanan inilah kegiatan ngayah secara filosofis adalah upaya yang automatically memiliki hakikat ¡§kebebasan eksistensial ini, seperti di sindir di dalam lontar Singhalanggyala Parwa, bahwa tidak jatuh dari langit yang dinyatakan : ¡§tan hanang wastu tan palalayan¡¨ (tiada anugrah tanpa suatu usaha sungguh-sungguh untuk menggapai-Nya.

¡§Mari ngaturang ayah sebagai persembahan suci kepada Hyang Widhi Wasa¡¨.

Serve to the all mind kind is serve to the God Serve is Love Serve is God

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda