WAHANA KREASI PEMUDA HINDU SUMATERA SELATAN

Rabu, 12 November 2008

KAMPUNG KAPITAN






Sebuah pemandangan hangat akan menyambut kita, apabila melewati lorong kecil di kawasan seberang ulu palembang, tepatnya di daerah 7 ulu, dibawah jembatan ampera ke arah kiri. kampung kapitan, sebentuk perkampungan kecil, dimana tinggal dengan rukun , masyarakat dari berbagai etnis, dan agama.

Kampung kapitan merupakan beberapa kelompok bangunan rumah panggung ala china, yang terletak di kelurahan tujuh ulu, kecamatan seberang ulu satu, palembang. kampung kapitan adalah sebuah perkampungan yang didirikan oleh sekelompok orang pendatang dari china.


Bangsa china masuk ke palembang diperkirakan pada masa peralihan kerajaan sriwijaya-kesultanan palembang darusalam, antara tahun seribu lima ratus, hingga seribu tujuh ratus masehi.

Pada masa kesultanan palembang, penduduk pendatang asing, seperti cina, india, tambi, dan etnik lainnya, tidak diperkenankan untuk tinggal di daratan. yang diperkenankan hanyalah orang pribumi, atau penduduk asli. namun, sekitar tahun seribu tujuh ratus, mengingat jasa terhadap perdagangan yang menjadikan perekonomian palembang maju pesat, maka beberapa dari penduduk timur asing , termasuk cina, diberikan kebebasan untuk dapat bertempat tinggal di daratan. dan karena masyarakat etnis cina cepat beradaptasi dengan penduduk setempat, maka terjadilah perkawinan antara pribumi dengan orang china, khususnya dengan para wanita pribumi.


Setelah masa kesultananan palembang berakhir, pada tahun seribu delapan ratus dua puluh tiga, maka bentuk awal pemerintahan belanda masih mempergunakan para bangsawan palembang, untuk memerintah. orang yang diberi suatu kekuasaan untuk memimpin suatu daerah oleh pemerintah hindia-belanda pada masa itu disebut kapitan. sebagai kelengkapan alat pemerintahan, maka di setiap kelompok etnis diangkat seorang mayor, kapitan, atau letnan , yang diberi suatu kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri , dengan cara memberi upeti kepada pemerintah hindia-belanda.


Untuk kelompok etnis tionghoa atau cina, diangkat pertama kali seorang mayor pada tahun seribu delapan ratus tiga puluh, mayor ini dikenal dengan nama coa ki cuan, yang merupakan ayah dari kapitan coa ham hin. kapitan coa ham hin adalah pemimpin masyarakat pada masa keresidenan palembang, yang mendapat jabatan sekitar tahun seribu delapan ratus lima puluh lima.

Masyarakat di kampung kapitan hidup dengan rukun, Mengapa kampung ini dinamakan kampung kapitan, ini dikarenakan disini terdapat sebuah rumah, yang dahulu ditinggali oleh kapitan

Awalnya, rumah kapitan berukuran dua puluh dua kali dua puluh lima meter. kemudian, keturunan kapitan, yang menjadi ahli waris rumah itu, membuat bangunan tambahan di bagian belakang , sehingga ukuran panjangnya menjadi lima puluh meter.

Bapak kohar merupakan keturunan ke dua belas dari kapitan coa ham hin

Di sebelah bangunan rumah kapitan, terdapat rumah besar lainnya, yang disebut sebagai rumah abu. rumah ini berukuran lima puluh kali dua puluh lima meter.

Rumah kapitan merupakan bukti hubungan yang dibangun oleh masyarakat tionghoa, dalam hal ini pemimpin mereka, terhadap pemerintah kolonial belanda. kolom penyangga bagian teras depan pada rumah pertama berbahan kayu, bertransformasi menjadi sebuah kolom bata dengan style klasik eropa, walau dengan proporsi lebih kecil.

Bagian ini disebut juga courtyard, yaitu suatu ruang terbuka, yang berguna bagi penghawaan , dan masuknya cahaya. ini menunjukkan bahwa, walaupun rumah ini mengadopsi bentuk rumah limas, akan tetapi denah rumah tersebut masih mengadopsi tipologi rumah masyarakat tionghoa.

Bangunan ini masih menampakkan keasliannya, demikian juga bagian atap yang memakai genting buluh, atau bambu. pintu-pintu yang ada di bangunan ini, terlihat tinggi dan kokoh.

Ruang ini disebut ruang induk, berisi meja sembahyang dan foto-foto para kapitan. dalam kehidupan sehari-hari pun mereka mencoba berinteraksi secara aktif terhadap penjajah belanda, yaitu dengan penggunaan jas, yang merupakan pakaian masyarakat eropa. penggunaan elemen yang menjadi ciri orang eropa, dimaksudkan sebagai identitas bahwa mereka mempunyai relasi yang cukup dekat dengan pemerintah belanda.

Antara rumah kapitan dan rumah abu, dihubungkan dengan sebuah jembatan kayu, yang terdapat di bagian depan, dan bagian tengah rumah.

Walaupun sama-sama beratap limas, rumah kapitan dan rumah abu berbeda dalam bentuk arsitekturnya. rumah kapitan berasitektur cina-melayu, sedangkan rumah abu telah mendapat sentuhan arsitektur belanda. ini terlihat pada bagian pilar depan rumah yang terbuat dari beton berbentuk silinder, menggembung di bagian tengahnya.


Pintu-pintu yang ada di rumah abu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rumah kapitan. selain itu, tangga yang ada di rumah abu terbuat dari batu, sedangkan tangga yang ada di rumah kapitan, terbuat dari kayu.


Secara spesifik, pemukiman etnis china tersebar di daerah seberang ilir dan seberang ulu. walaupun demikian yang kemudian terkenal dengan china town adalah kampung kapiten di tujuh ulu. pola pemukiman tampak jelas , serta membentuk ruang terbuka dibagian tengah. legam arsitektur di kawasan pecinan tersebut dipengaruhi oleh arsitektur palembang, cina dan belanda.

Sebelum mempunyai kedudukan sebagai kapitan, para pendatang dari tionghoa membaur dengan masyarakat asli palembang, bahkan sampai menikah dengan penduduk setempat. banyak warga keturunan china , terutama dari keluarga besar kapitan, yang menikah dengan pribumi.

Untuk dapat diketahui, masyarakat yang tinggal di kampung kapitan, bukan hanya masyarakat etnis china, akan tetapi mereka dapat hidup dengan rukun dan damai.


Rumah kapitan dibangun pada akhir masa pemerintahan kesultanan palembang, yang pada masa itu masyarakat tionghoa diberi kesempatan untuk membangun rumah di darat , tidak lagi menghuni rumah-rumah rakit diatas sungai musi. namun walau sudah ‘mendarat’, tapi kedudukan mereka tetap pada seberang ulu yang keadaan tanahnya berawa tiap tahunnya.


Pada masa pemerintahan kolonial belanda, masyarakat tionghoa mengalami perubahan dari masyarakat yang diawasi, menjadi masyarakat yang berkedudukan istimewa. hal ini juga nampak pada huniannya.

Menelusuri kampung kapitan, mengingatkan kembali akan kemegahan sejarah leluhur. masyarakat hidup saling bahu membahu, tanpa memandang agama, ras, atau etnis. sebuah perasaan kebersamaan, yang jarang kita temui di tengah hiruk-pikuk kota palembang.

Label:

3 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

mantap ceritonya

23 November 2008 pukul 08.02

 
Blogger Yeni Astuti mengatakan...

copy paste gambar blog aq ye.....!!!!

1 Januari 2009 pukul 21.09

 
Blogger Lovers mengatakan...

memang kmpung kapitan iyolah kmpung peninggalan sejarah kerajaan seriwijaya
dan aku bangga lahir dan besak di kampung ini
by antok

24 Maret 2010 pukul 22.13

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda